twitter
rss

Bunga Es atau Frost Flowers sangatlah indah namun sayangnya, bunga seperti ini sangatlah langka, karena butuh kondisi yang tepat agar bunga es ini tebentuk. Bunga es yang terlihat pada tanaman dan kayu ini bukanlah embun (uap air) yang membeku yang biasa disebut frost. Jadi penamaannya agak sedikit membuat bingung.



Bunga es biasanya terbentuk pada pagi hari di akhir musim gugur atau awal musim dingin  ketika lapisan es yang sangat tipis didorong keluar dari batang tanaman atau kadang-kadang kayu. Ekstrusi ini menciptakan pola indah yang melengkung dan melipat dan menjadi mirip dengan bunga yang indah sehingga fenomena ini dinamakan bunga es.

Awal musim dingin dan akhir musim gugur adalah waktu yang optimal bagi bunga es untuk terbentuk, karena suhu udara harus berada pada titik beku (atau dibawah) namun suhu tanah harus lebih hangat atau belum berada pada titik beku.
 


Ketika suhu udara mencapai titik beku (atau di bawah titik beku) cairan (getah) di batang tanaman akan mengembang, menyebabkan celah tipis terbentuk sepanjang batang. Air kemudian didorong keluar (merembes) melalui celah tersebut oleh aksi kapiler dan membeku saat kontak dengan udara. Karena semakin banyak air yang didorong keluar, lapisan es tipis pun terdorong menjauh dari batang, menyebabkan "kelopak" tipis bunga es terbentuk.


Efek bunga es juga terjadi pada pohon berkayu, meskipun kayu tersebut telah menjadi pagar atau atau gerbang, seperti yang terlihat di atas. Dalam hal ini air diekstrusi melalui pori-pori di kayu (bukan celah) membentuk dawai/benang es yang tipis yang terlihat sangat mirip rambut sehingga disebut sebagai "rambut es" atau "jenggot beku".



Jika Anda menemukan bunga es - hati-hati! Janganlah mencoba untuk mengambilnya, jika Anda memiliki kamera atau ponsel, abadikanlah dia sebagai gantinya. Bunga es yang sangat halus biasanya akan pecah bila disentuh.

Tidak hanya itu, karena dibuat seperti lembaran tipis es, mereka akan mencair saat matahari terbit lebih tinggi di langit. Anda mungkin tidak akan melihat bunga es lagi pada hari berikutnya, kecuali jika kondisinya tepat. Jadi besar kemungkinan bahwa bunga es pertama yang Anda adalah bunga es terakhir Anda.
 








Sebuah pohon tumbuh terbaik selama cuaca basah dan hangat. Setiap tahun cincin atau lingkaran kayu ditambahkan ke gubal (sapwood) dalam batang dan cabang pohon. Ketika cuaca menjadi dingin pada akhir musim gugur dan musim dingin, pohon berhenti tumbuh. Dan mulai tumbuh lagi di musim semi berikutnya ketika cuaca mulai menghangat lagi.



Dengan menghitung jumlah lingkaran pohon (disebut Cincin Tahunan atau Annual Rings) di batang atau di cabang pohon, kita dapat mengetahui berapa tahun bagian pohon itu telah berkembang, dengan kata lain, kita dapat mengetahui usia bagian dari pohon tersebut. Usia batang pohon bagian bawah tentunya akan sama dengan usia pohon tersebut.

Beberapa lingkaran pohon ada yang lebar dan beberapa ada yang sempit. Cincin lebar terbentuk selama satu tahun ketika cuaca sangat baik untuk pertumbuhan, seperti hangat dan basah. Lingkaran-lingkaran sempit terbentuk selama tahun-tahun yang kering atau dingin.
 

Susunannya pun silih berganti antara warna terang dan gelap.Warna terang terbentuk di musim penghujan dan warna gelap terbentuk di musim kemarau. Sehingga selama setahun, pohon membentuk 2 lingkaran, terang dan gelap.
 



Hubungan antaran lingkaran terang dan musim penghujan adalah, ketika itu pohon memiliki ketersediaan air yang banyak maka membuat sel-selnya lebih besar, sementara lingkaran yang gelap memiliki sel-sel yang kecil dan menyerap lebih banyak cahaya sehingga lebih gelap.


Sel-sel berwarna terang lebih besar dari yang gelap

Bagaimanakah kronologi secara biologinya? 
Tidak semua batang tumbuhan memiliki lingkaran tahun. Hal ini diakibatkan karena tidak semua tumbuhan memiliki jaringan kambium (meristem lateral). Adapun tumbuhan, berdasarkan klasifikasinya (whittacker) dikelompokkan dalam 3 bagian, kelompok tumbuhan lumut (Bryophyta), tumbuhan paku (Pteridophyta) dan tumbuhan berbiji (Spermatophyta). Tumbuhan berbiji dalam pembagiannya pun terbagi atas dua kelompok, berbiji terbuka (Gymnospermae) dan berbiji tertutup (Angiospermae). Tumbuhan berbiji tertutup sendiri dapat dikelompokkan atas 2 bagian, monokotil (tumbuhan yang memiliki keping biji satu) dan dikotil (tumbuhan yang memiliki dua biji keping).

Lingkaran tahun adalah aktivitas dari pembelahan sel-sel yang ada di cambium. Maka dari itu, yang dapat membentuk lingkaran tahun hanya batang tumbuhan yang memiliki jaringan cambium. Sementara kelompok tumbuhan yang memiliki cambium berasal dari beberapa jenis kelompok Gymnospermae dan kelompok tumbuhan dikotil. Cambium pada batang tumbuhan ini dapat membentuk lingkaran tahun. 


Terbentuknya lingkaran selain karena aktivitas cambium, juga dipengaruhi oleh musim. Perkembangan cambium pada saat musim hujan berbeda dengan musim kemarau. Ketika musim hujan, kambium semakin cepat berkembang membelah sel ke dalam dan ke luar. Membelah ke luar akan membentuk floem (berfungsi mengangkut hasil fotosisntesis) dan membelah ke dalam akan membentuk xylem (berfungsi mengangkut air dan mineral dari dalam tanah).
 


Lingkaran tahun pada batang merupakan perbanyakan sel xylem yang ukurannya lebih besar daripada sel floem. Ketika musim hujan, pertumbuhan jaringan xylem akan lebih cepat mengingat kuantitas air yang akan diserap dari tanah meningkat. Sedangkan ketika musim kemarau, kemampuan cambium membentuk xylem akan berkurang karena kebutuhan dan intensitas menyerap air berkurang. Pada saat musim kemaraupun, xylem yang terbentuk akan lebih kecil ketimbang xylem di musim hujan dan warna yang terbentuk terkesan berwarna lebih gelap dikarenakan sel-selnya yang lebih padat dan kering karena kekurangan air. Sehingga kita dapat melihat ada lingkaran yang coklat tua yang lebih besar dan lingkaran tahun cokelat yang lebih tua. Sehingga untuk menentukan lama waktu 1 tahun, kita dapat memakai dua lingakaran yang cokelat muda dan cokelat tua.

Adapun mekanisme terbentuknya lingkaran tahun disebabkan jaringan kambium yang membelah ke dalam secara bertahap akan membentuk xylem-xilem sekunder dan membelah keluar membentuk floem-floem sekunder. Proses bertambahnya sel ke arah samping pada batang merupakan salah satu contoh pertumbuhan sekunder. Sedangkan pertumbuhan primer adalah pertumbuhan tumbuhan yang menyebakan batang tumbuhan menjadi tinggi dan akar semakin panjang. 


Pertumbuhan sekunder pada batang dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam dipengaruhi genetic dan beberapa hormone pembelahan sel aktif meristem seperti auksin dan giberelin. Sementara hormone luar (eksternal) dipengaruhi oleh nutrisi, suhu, cahaya, air dan kelembaban.
 

Lingkaran tahun adalah fenomena alam yang dimanifestasi suatu tumbuhan yang memiliki cambium. Dan dengan lingkaran tahun kita dapat menghitung usia tumbuhan itu sendiri. Jadi, bukan manusia atau hewan saja yang memiliki ‘umur’, bahkan beberapa tumbuhan pun tiap tahun merayakan ‘ulang tahunnya'.


Sebuah Sequoia Raksasa di Museum Sejarah Alam New York, Amerika mengungkapkan berabad-abad sejarah yang disandingkan dengan pertumbuhan cincin pohon. Pasangan dari tanggal sejarah dengan berabad-abad cincin pertumbuhan memberi kita pemahaman yang lebih dalam mengenai bagaimana waktu berlalu dan hal-hal berubah: seperti yang terlihat baik di alam maupun peradaban manusia.
 



                                  

Selama bulan-bulan musim dingin, ketika Great Lakes di Amerika Utara membeku, fitur unik yang disebut "ice volcano" mulai terbentuk disepanjang tepi danau yang membeku. Es musim dingin mulai terbangun di sepanjang tepi danau besar, angin kencang bertiup ke darat dan gerakan gelombang di perairan memecah es, membuat mereka mulai menumpuk di atas satu dengan lainnya dan membangun apa yang dikenal sebagai sebuah beting es (ice shelf). Di antara blok es banyak yang terdiri dari beting es, banyak yang retak.



Gelombang datang ke pantai dari air yang lebih dalam menerjang tepi beting es, menyebabkan mereka untuk pergi di bawah es dan seiring kedalaman air mulai dangkal, energi dalam gelombang menyebabkannya menekan keatas berusaha untuk naik. Ketika gelombang energik menemukan celah atau lubang di lapisan es, maka air pun menyembur keluar seperti letusan keatas dan menciptakan sebuah ice volcano. Jika lubang bersalju, letusan dapat menyemprotkan salju keluar seperti awan gas vulkanik.

Sebenarnya nama yang lebih tepat untuk ice volcano ini adalah Blowhole atau lubang semburan, tapi ice volcano benar-benar tumbuh seperti sepupu geologi mereka. Setelah disemburkan keluar, air  jatuh kembali ke es, dengan cepat membeku dan mulai membentuk kerucut es, proses yang sangat mirip dengan terbentuknya kerucut atau kubah lava disekitar ventilasi vulkanik. Kerucut atau kubah es yang terbentuk dalam berbagai ukuran dari 1 meter hingga lebih dari 10 meter, dan memuntahkan campuran air sedingin es dan bongkahan es itu sendiri.
 

Tidak semua lapisan es dapat membentuk ice volcano. Agar terbentuknya kerucut es volcano, diperlukan kondisi yang unik - suhu udara permukaan harus beberapa derajat di bawah titik beku dengan gelombang danau setinggi beberapa kaki menghantam tepian - dan karena kondisi unik inilah mengapa ice volcano hanya terlihat di beberapa tempat seperti di tepi Danau Michigan, Danau Erie dan Danau Superior.
 






Momen yang luar biasa langka, air terjun berubah menjadi 'sup tomat' berwarna merah. Fenomena alam yang menakjubkan ini diabadikan oleh Rochelle Coffey di Cameron Falls, di Alberta, Kanada. Rochelle Coffey bersama dengan suaminya, mengunjungi Cameron Creek di Alberta, Kanada, setelah badai besar melanda wilayah itu.


Rochelle Coffey terkejut saat menyaksikan air yang jernih sebening kristal berubah menjadi merah tua, selama dua jam.

Air terjun Cameron ini terletak tak jauh dari Danau Waterton yang mengandung batuan sedimen tertua di Canadian Rockies. Batu-batu ini dilaporkan berusia 1.500 juta tahun. Keajaiban warna merah air adalah hasil dari hujan deras yang mencuci sedimen yang disebut argolite dari batu ke sungai.
 



Rochelle Coffey bersama dengan suaminya mengagumi fenomena alam yang mereka saksikan. Dan mengabadikannya dalam gambar-gambar yang luar biasa.


Anda semua pasti tahu daun putri malu yang akan menguncup bila tersentuh. Tapi tahukah anda sebuah bunga yang kelopaknya berwarna putih akan berubah menjadi transparan indah saat terkena air?



Diphylleia grayi adalah bunga yang luar biasa dengan kelopak putih yang akan berubah menjadi transparan yang indah saat kontak dengan air. Selama bunga bermandi air hujan, kelopak-kelopaknya yang awalnya putih berubah menjadi transparan dan bungapun menjadi menyerupai bunga kaca. Bunga ini juga dijuluki "bunga kerangka", karena saat transparan, yang tampak hanya urat-urat halus seperti kerangka.

Tanaman ini dapat ditemukan tumbuh di pegunungan berhutan lembab di daerah dingin dari Jepang dan China dan mekar diakhir musim semi. Diphylleia grayi dapat dikenali dari daunnya yang besar seperti payung yang diatasnya terdapat kelompok kecil bunga putih mutiara yang mengalami transformasi ajaib dalam hujan.
 









tari betawi.jpg
Terbentuk sejak abad ke-17, Jakarta merupakan tempat bercampunya etnis, suku bangsa, dan percampuran latar belakang sosial masyarakat yang berbeda, dimana masyarakat aslinya menggunakan bahasa Betawi sebagai bahasa sehari-hari. Masyarakat homogen yang terbentuk secara alamiah ini kemudian menjadi suku bangsa yang disebut dengan Orang Betawi.
Nama “Betawi” sendiri berasal dari  nama yang diberikan Belanda, yakni “Batavia”, dan mulai populer sebagai suku Betawi pada 1918 oleh Mohammad Husni Tamrin ketika mendirikan perkumpulan “Kaum Betawi”.  Namun merunut dari sejarahnya, Betawi atau Batavia ini menurut Bunyamin Ramto terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian  Tengah dan Pinggiran.
Betawi bagian pinggiran atau yang lebih sering disebut sebagai Betawi Ora ini juga terbagi dua, bagian uatara dan bagian selatan. Betawi Ora adalah masyarakat Betawi yang didominsai oleh orang Jawa dan dihuni juga oleh suku lainnya. Sebagian besar Betawi Ora ini adalah petani yang menanam padi, pohon buah, dan sayur-mayur. Pada bagian utara, kawasan ini meliputi Jakarta Utara, Barat, Tangerang yang juga dipenuhi oleh etnis Cina. Adanya etnis Cina di wilayah ini berpengaruh pada kebudayaan daerah tersebut, terutama kesenian. Bagian selatan meliputi daerah Jakarta Timur, Selatan, Bogor, dan Bekasi yang pada daerah tersebut dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa dan Sunda.
Perbedaan dua bagian wilayah ini juga berpengaruh pada mata pencaharian masyarakatnya. Orang-orang pada Betawi tengah secara umum bekerja sebagai pedagang, pegawai pemerintah, pegawai swasta, buruh, tukang seperti meubel. Sedangkan pada orang-orang Betawi pinggiran mayoritas bekerja sebagai petani, pemelihara ikan, bahkan akhir-akhir ini banyak yang melamar jadi buruh pabrik.
Pluralisme yang terjadi pada masyarakat Betawi ini pula berdampak pada bahasa yang digunakan. Sebagian besar penduduknya adalah orang Jawa, Sumatra, Bugis, etnis Tionghoa, Belanda, Arab, Inggris, dan masih banyak lagi, sehingga bahasa Betawi yang digunakan adalah campuran dari bahasa Indonesia dan bahasa Melayu Sumatra atau Melayu Malaysia. Sten,
Masyarakat yang plural ini pada dasarnya menganut berbagai kepercayaan, mulai dari Islam, Kriten,Protestan maupun Katolik, Hindu, ataupun Budha. Tetapi dari sekian banyak agama yang ada di Betawai, Islam memiliki pengaruh yang besar dan menjadi kepercayaan paling dominan disana. Hal ini bahkan terlihat dari tata cara hidup masyarakat Betawi asli.
Betawi adalah suku yang multi kultural sehingga prinsip yang diusung pada sistem kekerabatannya adalah adalah bilineal atau menarik garis keturunan kepada pihak ayah dan pihak ibu. Saat melangsungkan adat pernikahan sekalipun tergantung pada kesepakatan kedua belah pihak akan menetap secara patriarki atau matriarki. Meskipun secara umum masyarakat Betawi menyepakati sistem yang patriarki.
Sebagai ibu kota dan pusat informasi, Betawi tengah maupun Betawi pinggiran tidak pernah tertinggal dari informasi maupun perkembangan IPTEK. Sejak dahulu saja masyarakat Betawi sudah ketergantungan pada alat yang diproduksi Jepang dan negara penjajah lainnya, seperti senjata api, kapal laut, kompas, teropong, bahkan peralatan pabrik dan alat bercocok tanam.Hal itu berlanjut hingga kini, bahkan melalui IPTEK  ini pula muncul informasi dan inovasi baru yang lahir dari masyarakat Betawi itu sendiri. Berada pada pusat pemerintahan, memudahkan Betawi mengakses segala bentuk informasi dan alat-alat pendukung yang berkaitan dengan teknologi. Betawi lahir menjadi suku yang maju.

Suku Bawean merupakan satu kelompok kecil masyarakat Melayu yang berasal dari Pulau Bawean. Letak pulaunya berada di Laut Jawa antara dua pulau besar, yaitu Pulau Kalimantan di utara dan Pulau Jawa di selatan. Pulau Bawean terletak sekitar 80 mil ke arah utara Surabaya, dan masuk kabupaten Gresik. Pulau ini terdiri atas dua kecamatan, yaitu kecamatan Sangkapura dan kecamatan Tambak. Masyarakat Melayu Malaka dan Malaysia lebih mengenal dengan sebutan Boyan dari pada Bawean. Dalam pandangan mereka, Boyan berarti sopir dan tukang kebun karena profesi sebagian masyarakat asal Bawean adalah bekerja di kebun atau sebagai sopir.
Sulit untuk menentukan waktu yang tepat kedatangan orang-orang Bawean ke Malaka karena tidak ada bukti, catatan resmi dan dokumentasi sejarah mengenai kedatangannya. Tetapi terdapat berbagai pendapat mengenai kedatangan mereka ke Malaka. Pendapat pertama mengatakan, bahwa ada orang yang bernama Tok Ayar datang ke Malaka pada tahun 1819. Pendapat yang kedua mengatakan bahwa orang Bawean datang pada tahun 1824, kira-kira semasa penjajahan Inggris di Malaka. Pendapat yang ketiga mengatakan orang Bawean sudah ada di Malaka sebelum tahun 1900 dan pada tahun itu sudah banyak orang Bawean di Malaka.
Secara etimologi, kata Bawean berasal dari bahasa Sanskerta, yang berarti ada sinar matahari. Menurut legenda, sekitar tahun 1350, sekelompok pelaut dari Kerajaan Majapahit terjebak badai di Laut Jawa dan akhirnya terdampar di Pulau Bawean pada saat matahari terbit. Kitab Negarakertagama menyebutkan bahwa pulau ini bernama Buwun.
Mayoritas masyarakat Bawean menganut agama Islam. Sementara yang menganut agama non-Islam kebanyakan pendatang di pulau tersebut. Agama Islam masuk ke Bawean awal abad ke-16, dibawa oleh Maulana Umar Mas'ud. Makamnya hingga kini merupakan tujuan peziarah lokal maupun dari luar Bawean. Makam Umar Mas'ud berada di wilayah Sangkapura yang terletak di pantai selatan pulau tersebut. Sedang di pantai utara, tepatnya di desa Diponggo ada kuburan seorang ulama wanita penyebar Islam di daerah itu, namanya Waliyah Zainab, terletak di atas dataran tinggi.
Masyarakat Bawean umumnya tinggal di kota atau daerah yang dekat dengan kota, seperti di Kampung Mata Kuching, Klebang Besar, Limbongan, Tengkera dan kawasan sekitar Rumah Sakit Umum Malaka. Orang-orang Bawean jarang tinggal di kawasan-kawasan yang jauh dari kota. Jumlah orang Bawean yang terdapat di Malaka diperkirakan tidak melebihi 100 ribu orang. Sementara orang Bawean yang tinggal di luar pulau Bawean dan luar negeri lebih dari 100 ribu orang.
Selain di Malaka, orang Bawean juga tersebar di Lembah Klang, seperti di kawasan Ampang, Gombak, Balakong dan juga Shah Alam. Mereka membeli tanah dan membangun rumah secara berkelompok. Di Gelugor, Pulau Pinang terdapat sekurang-kurangnya dua keluarga besar orang Bawean. Mereka menggunakan bahasa Melayu dialek Pulau Pinang untuk bertutur dengan orang bukan Bawean.
Anak-anak mereka yang lahir di Malaysia telah menjadi warga negaraMalaysia. Perantau-perantau yang datang dari tahun 90-an ada yang telah menerima status penduduk tetap. Orang Bawean terkenal dengan keahlian membuat bangunan dan rumah.
Penduduk Bawean kebanyakan memiliki mata pencaharian sebagai nelayan atau petani. Hasil pertanian diantaranya padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran. Kelapa juga banyak ditemukan di sekeliling perkampungan mereka. Pulau kediaman suku Bawean ini juga terkenal sebagai penghasil marmer, dan para perempuan Bawean sangat terampil dengan kerajinan tangan unik dari daun pandan. Selain itu juga masyarakat Bawean ada yang menjadi TKI di Malaysia dan Singapura.
Suku Bawean menggunakan bahasa Bawean dalam komunikasinya. Bahasa ini memiliki kemiripan dengan bahasa Madura. Meskipun mirip, tapi adat dan budaya mereka sangat berbeda. Orang Bawean juga tidak mau disebut sebagai orang Madura karena perbedaan tersebut. Bahasa Bawean ditengarai sebagai kreolisasi bahasa Madura karena kata-kata dasarnya yang berasal dari bahasa ini.
Adapun kebudayaan dan kesenian yang dimiliki suku Bawean, yaitu kercengan, cukur cambul, pencak Bawean, dikker, dan mandiling. Kercengan biasanya dipersembahkan sewaktu acara Perkawinan. Masyarakat Madura menyebut nama kercengan dengan Hadrah. Penari berbaris sebaris atau dua baris. Pemain kompang dan penyanyi duduk di barisan belakang. Lagu-lagu yang dimainkan adalah lagu-lagu salawat kepada Nabi Muhammad SAW. Pemain kercengan terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Kedua adalah cukur jambul merupakan acara bercukur jambul bagi bayi yang telah genap usianya 40 hari. Adat ini sama seperti adat orang Melayu dan Jawa. Bacaan berzanji bersama paluan kompang merayakan bayi yang akan dicukur kepalanya. Ada lagi pencak Bawean, yang sering ditampilkan dalam acara hari besar seperti hari kemerdekan 17 Agustus maupun acara perkawinan orang bawean. Pencak Bawean mengutamakan keindahan langkah dengan memainkan pedang yang panjang.
Selanjutnya adalah Dikker, yaitu alunan puji-pujian dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW disertai dengan permainan terbang. Adapun Mandiling adalah sejenis tari-tarian disertai dengan pantun.

suku-batak.jpg



Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang terletak di Sumatera Utara. Nama Batak merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur. Suku bangsa yang dikategorikan ke dalam suku Batak yaitu Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing.
Seorang istri dari putra pendeta Batak Toba bernama Siti Omas Manurung menyatakan, bahwa sebelum kedatangan Belanda semua orang baik Karo maupun Simalungun mengakui dirinya sebagai Batak. Lalu Belanda yang telah membuat terpisahnya kelompok-kelompok tersebut setelah Belanda datang ke tanah Batak. Dengan demikian, istilah "Tanah Batak" dan "rakyat Batak" diciptakan oleh pihak asing.
Namun, sebagian orang Karo, Angkola, dan Mandailing tidak mau menyebut dirinya sebagai suku Batak karena pada umumnya istilah "Batak" dipandang rendah oleh bangsa lain. Sebagian orang Tapanuli juga tidak ingin disebut orang Batak karena perbedaan agama yang mencolok pada orang Batak kebanyakan.
Suku Batak dikenal dengan banyaknya marga yang diambil dari garis keturunan laki-laki. Garis keturunan tersebut akan diteruskan kepada keturunan selanjutnya. Marga tersebut menjadi simbol bagi keluarga Batak. Menurut kepercayaan bangsa Batak, induk marga Batak dimulai dari Si Raja Batak yang diyakini sebagai asal mula orang Batak. Si Raja Batak mempunyai dua orang putra, yakni Guru Tatea Bulan dan Si Raja Isumbaon.
Sejarah
Banyak versi yang menyebutkan asal-usul bangsa Batak. Ada yang mengatakan bangsa Batak berasal dari Thailand, keturunan dari bangsa Proto Malayan. Bangsa ini merupakan suku bangsa yang bermukim di perbatasan Burma dan Siam atau Thailand. Selama ribuan tahun, bangsa Batak juga tinggal dengan keturunan Proto Malayan lainnya, seperti Karen, Igorot, Toraja, Bontoc, Ranau, Meo, Tayal dan Wajo.
Proto Malayan ini pernah dijajah oleh bangsa Mongoloid. Lalu mereka berpencar ke berbagai wilayah dan negara. Misalnya Toraja mendarat di sulawesi, bangsa Tayal kabur ke Taiwan, dan bangsa Ranau mendarat di Sumatera Barat. Sementara Suku Batak mendarat di pantai Barat pulau Sumatera. Di situ suku bangsa Batak terpecah menjadi beberapa gelombang. Gelombang pertama berlayar terus dan mendarat di pulau-pulau Simular, Nias, Batu, Mentawai, Siberut sampai ke Enggano di Sumatera Selatan.
Gelombang kedua mendarat di muara sungai Simpang, sekarang Singkil. Mereka bergerak sepanjang sungai Simpang Kiri dan menetap di Kutacane. Dari situ mereka menduduki seluruh pedalaman Aceh. Itulah yang menjadi orang-orang Gayo, dan Alas.
Adapun gelombang ketiga mendarat di muara Sungai Sorkam, antara Barus dan Siboga. Memasuki pedalaman daerah yang sekarang dikenal sebagai Doloksanggul dan belakangan menetap di kaki Gunung Pusuk Buhit, di tepi danau Toba sebelah barat. Dari situ berkembang dan akhirnya menduduki tanah Batak.
Ada lagi versi yang mengatakan, Suku Batak berasal dari India melalui Barus berkelana ke Selatan hingga bermukim di pinggir Danau Toba pada abad ke-6. Barus merupakan wilayah yang ada di Tapanuli Tengah Sumatera Utara. Orang-orang yang dari India tadi berdagang dan mendirikan di kota dagang Barus. Nama Barus sendiri merupakan barang dagangan yang mereka perdagangkan, yakni kapur Barus.
Kapur Barus dari tanah Batak bermutu tinggi sehingga menjadi salah satu komoditas ekspor di samping kemenyan. Pada abad ke-10, Barus diserang oleh Sriwijaya. Hal ini menyebabkan terusirnya pedagang-pedagang Tamil asal India dari pesisir Sumatera. Pada masa-masa berikutnya, perdagangan kapur Barus mulai banyak dikuasai oleh pedagang Minangkabau yang mendirikan koloni di pesisir barat dan timur Sumatera Utara.
Kesenian
Diantara unsur kebudayaan yang dimiliki suku Batak adalah kesenian. Tari Tor-tor merupakan kesenian yang dimiliki suku Batak. Tarian ini bersifat magis. Ada lagi Tari serampang dua belas yang hanya bersifat hiburan. Sementara alat musik tradisionalnya adalah Gong dan Saga-saga. Adapun warisan kebudayaan berbentuk kain adalah kain ulos. Kain hasil kerajinan tenun suku batak ini selalu ditampilkan dalam upacara perkawinan, mendirikan rumah, upacara kematian, penyerahan harta warisan, menyambut tamu yang dihormati dan upacara menari Tor-tor.
Agama
Bangsa Batak memiliki sistem kepercayaannya sendiri, terutama di daerah pedesaan masih mempertahankan sistem religi atau kepercayaan tersbeut. Orang batak memiliki konsepsi, bahwa alam semesta beserta isinya diciptakan oleh Debeta Mula Jadi Na Balon. Ia bertempat tinggal di atas langit dan mempunyai nama-nama sesuai dengan tugas dan kedudukannya. Namun, saat ini agama yang mendominasi bangsa Batak adalah Islam dan Kristen. Tetapi agama Kristen merupakan agama mayoritas suku Batak saat ini.
Daerah masuk dan penyebaran Islam adalah batak bagian selatan. Sementara daerah penyebaran Kristen meliputi daerah adalah batak bagian utara. Islamisasi di Batak dilakukan oleh para pedagang dari Minangkabau. Mereka mengawini para perempuan Batak dan secara perlahan masyarakat Batak banyak yang memeluk agama Islam. Pada masa Perang Paderi di awal abad ke-19, pasukan Minangkabau menyerang tanah Batak dan melakukan islamisasi besar-besaran atas Batak Mandailing dan Angkola.
Namun penyerangan Paderi atas wilayah Toba, tidak dapat mengislamkan masyarakat tersebut, yang pada akhirnya mereka menganut agama Kristen Protestan. Kerajaan Aceh di utara juga banyak berperan dalam mengislamkan Batak Karo dan Pakpak. Sementara Simalungun banyak terkena pengaruh Islam dari masyarakat Melayu di pesisir Sumatera Timur.
Adapun penyebaran agama Kristen dilakukan oleh seorang misionaris asal Jerman tahun 1861. Sebelumnya mereka menerbitkan buku tata bahasa dan kamus Batak-Belanda. Dengan tujuan mereka dapat memudahkan penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh orang Kristen Jerman dan Belanda. Sasaran mereka adalah Batak Toba dan Simalungun. Batak Karo juga menjadi sasaran misionaris Kristen, sehingga sebagian Batak Karon ada yang memeluk agama Kristen.
Saat penkristenan dilakukan, Batak Karo dan Toba dapat dikristenkan dengan cepat, sehingga pada abad ke-20 agama Kristen menjadi identitas budaya mereka. Saat Belanda menancapkan kolonialisme Belanda di tanah Batak, masyarakat Batak ini tidak banyak melakukan perlawanan terhadap kolonial Belanda.
Kekerabatan
Stratifikasi sosial orang Batak didasarkan pada empat prinsip, yaitu perbedaan tigkat umur, perbedaan pangkat dan jabatan, perbedaan sifat keaslian, dan status kawin. Kelompok kekerabatan suku bangsa Batak berdiam di daerah pedesaan yang disebut Huta atau Kuta menurut istilah Karo. Biasanya satu Huta didiami oleh keluarga dari satu marga. Ada pula kelompok kerabat yang disebut marga taneh yaitu kelompok pariteral keturunan pendiri dari Kuta. Marga tersebut terikat oleh simbol-simbol tertentu misalnya nama marga.
Klen kecil tadi merupakan kerabat patrilineal yang masih berdiam dalam satu kawasan. Sebaliknya klen besar yang anggotanya sdah banyak hidup tersebar, sehingga tidak saling kenal. Tetapi mereka dapat mengenali anggotanya melalui nama marga yang selalu disertakan dibelakang nama kecilnya.
Dalam persoalan perkawinan, dalam tradisi suku Batak seseorang hanya bisa menikah dengan orang Batak yang berbeda klan. Maka dari itu, jika ada yang menikah harus mencari pasangan hidup dari marga lain. Apabila yang menikah adalah seseorang yang bukan dari suku Batak, maka dia harus diadopsi oleh salah satu marga Batak (berbeda klan). Acara tersebut dilanjutkan dengan prosesi perkawinan yang dilakukan di gereja bila agama yang dianutnya adalah Kristen.
Bahasa
Bahasa yang digunakan oleh orang Batak adalah bahasa Batak. Tapi sebagian juga ada yang menggunakan bahasa Melayu. Setiap puak memiliki logat yang berbeda-beda. Orang Karo menggunakan Logat Karo, sementara logat Pakpak dipakai oleh Batak Pakpak, logat Simalungun dipakai oleh Batak Simalungun, dan logat Toba dipakai oleh orang Batak Toba, Angkola dan Mandailing.
Pengetahuan
Orang Batak juga mengenal sistem gotong-royong kuno dalam hal bercocok tanam. Dalam bahasa Karo aktivitas itu disebut Raron, sedangkan dalam bahasa Toba hal itu disebut Marsiurupan. Sekelompok orang tetangga atau kerabat dekat bersama-sama mengerjakan tanah dan masing-masing anggota secara bergiliran. Raron itu merupakan satu pranata yang keanggotaannya sangat sukarela dan lamanya berdiri tergantung kepada persetujuan pesertanya.
Teknologi dan Peralatan
Masyarakat Batak telah mengenal dan mempergunakan alat-alat sederhana yang dipergunakan untuk bercocok tanam dalam kehidupannya. Seperti cangkul, bajak (tenggala dalam bahasa Karo), tongkat tunggal (engkol dalam bahasa Karo), sabit (sabi-sabi) atau ani-ani. Masyarakat Batak juga memiliki senjata tradisional, yaitu piso surit (sejenis belati), piso gajah dompak (sebilah keris yang panjang), hujur (sejenis tombak), podang (sejenis pedang panjang). Unsur teknologi lainnya yaitu alat tenun untuk menenun kain ulos.
Mata Pencaharian
Pada umumnya, mata pencaharian masyarakat Batak adalah bercocok tanam padi di sawah dan ladang. Lahan didapat dari pembagian yang didasarkan marga. Setiap kelurga mandapatkan tanah tadi tetapi tidak boleh menjualnya. Selain tanah ulayat adapun tanah yang dimiliki perseorangan. Selain pertanian, perternakan juga salah satu mata pencaharian suku batak. Hewan yang diternakan antara lain kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, dan bebek. Masyarakat yang tinggal di sekitar danau Toba sebagian bermata pencaharian menangkap ikan. Selain itu juga, mereka berprofesi pada sektor kerajinan. Hasil kerajinannya antara lain tenun, anyaman rotan, ukiran kayu, tembikar, dan lainnya yang ada kaitan dengan pariwisata.

Suku Banjar adalah hasil pembaruan yang unik dari sejarah sungai-sungai Bahau, Barito, Martapura dan Tabanio. Suku bangsa Banjar sebagian besar ditempati wilayah Provinsi Kalimantan Selatan, sebagian Kalimantan Timur dan sebagian Kalimantan Tengah terutama kawasan dataran dan bagian hilir dari Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah tersebut.
Kawasan tersebut kemudian terpecah disebelah barat menjadi kerajaan Kotawaringin yang dipimpin Pangeran Dipati Anta Kasuma dan di sebelah timur menjadi kerajaan Tanah Bumbu yang dipimpin Pangeran Dipati Tuha yang berkembang menjadi beberapa daerah: Sabamban, Pegatan,Koensan, Poelau Laoet, Batoe Litjin, Cangtoeng, Bangkalaan, Sampanahan, Manoenggoel, dan Tjingal. Wilayah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur merupakan tanah rantau primer.
Suku bangsa Banjar berasal dari daerah Banjar yaitu wilayah inti dari Kesultanan Banjar meliputi DAS Baritobagian hilir, DAS Bahan (Negara), DAS Martapura dan DAS Tabanio Di daerah ini suku bangsa Maanyan, Lawangan, Bukit dan Ngaju, dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu dan Jawa, disatukan oleh tahta yang beragama Budha, Shiwa dan paling akhir oleh agama Islam dari kerajaan Banjar yang menumbuhkan suku bangsa Banjar yang berbahasa Banjar dan berkebdayaan Banjar.
Bahasa Banjar dan agama Islam dibwa pengaruh kekuasaan dinasti-dinasti banjar di Kayu-Tinggi, membulatkan daerah dan suku bangsa ini menjadi satu kesatuan wilayah suku Bangsa Dayak yang beragama Kaharingan atau Kristen tetap menyebut diri mereka orang Dayak, tetapi mereka yang memeluk agama Islam, berbahasa Banjar meninggalkan Bahasa ibu mereka, dan menyebut dirinya orang Banjar.
Pada zaman prasejarah agama orang Bukit, dalah agama balian dan agama Kaharingan pada suku bangsa Dayak tetap bertahan sampai sekarang dan pengaruh unsur-unsur religinya masih terasa dalam kebudayaan Banjar. Pada zaman negara Dipa dan negara Daha, masuk unsur-unsur agama Budha dan Ciwa. Yang masih ada sampai sekrang adalah sisa-sisa subasemen candi Agung dan candi Laras. Untuk candi Laras yang dibangun di atas Punden Tanah Liat Berundak Tiga ini jelas terdapat peninggaln-peninggalan Civaisme, sperti Lingga, Nandi, dn patung-patung yang sudah rusak dan tidak dapt diidentifikasikan lagi.
Ketika Belanda masuk, dengan cepat diusahakan gerakan zending dan missi di daerah Barito, pulau Patak, Tamiang Layang, dan Kuala Kapuas. Kebudayaan barat yang paking menentukan  pengaruhnya dari Belanda adalah berupa pendidikan Barat, ekonomi uang, hokum dan sebgaianya, di samping agama Kristen.
Suku banjar dibagi menjadi tiga bagian yaitu (Banjar) Pahuluan, (Banjar) Batang Banyu, dan Banjar (Kuala). Hal ini karena adanya pendudukan asal Sumatera dan daerah sekitarnya yang membangun tanah air baru di kawasan ini sekitar lebih dari seribu tahun yang lalu. Setelah berlalu masa yang lama sekali akhirnya setelah bercampur dengan penduduk yang lebih asli, yang biasa dinamakan sebagai suku Dayak, dan dengan imigran-imigran yang berdatangan belakangan-terbentuklah setidak-tidaknya tiga subsuku,
Banjar Pahuluan
Orang Pahuluan pada asasnya ialah penduduk daerah lembah-lembah sungai (cabang sungai Negara) yang berhulu ke pegunungan Meratus, orang Batang Banyu mendiami lembah sungai Negara,  sedangkan orang Banjar (Kuala) mendiami sekitar Banjarmasin (dan Martapura). Bahasa yang mereka kembangkan dinamakan bahasa Banjar, yang pada asasnya adalah bahasa Melayu Sumatera atau sekitarnya-, yang di dalamnya terdapat banyak kosa kata asal Dayak dan asal Jawa. Nama Banjar diperoleh karena mereka dahulu-sebelum dihapuskan pada tahun 1860, adalah warga Kesultanan Banjarmasin atau disingkatBanjar, sesuai dengan nama ibukotanya pada mula berdirinya. Ketika ibukotadipindahkan ke arah pedalaman, terakhir di Martapura, nama tersebut nampaknya sudah baku atau tidak berubahlagi.
Sangat mungkin sekali pemeluk Islam sudah ada sebelumnya di sekitar keraton yang dibangun di Banjarmasin, tetapi pengislaman secara massal diduga terjadi setelah raja, Pangeran Samudera yang kemudian dilantik menjadi Sultan Suriansyah, memeluk Islam diikuti warga kerabatnya, yaitu bubuhan raja-raja. Perilaku raja ini diikuti elit ibukota,masing-masing tentu menjumpai penduduk yang lebih asli, yaitu suku Dayak Bukit, yang dahulu diperkirakan mendiami lembah-lembah sungai yang sama. Dengan memperhatikan bahasa yang dikembangkannya, suku Dayak Bukit adalah satu asal usul dengan cikal bakal suku Banjar, yaitu sama-sama berasal dari Sumatera atau sekitarnya, tetapi mereka lebih dahulu menetap. Kedua kelompok masyarakat Melayu ini memang hidup bertetangga tetapi, setidak-tidaknya pada masa permulaan, pada asasnya tidak berbaur. Jadi meskipun kelompoksuku Banjar (Pahuluan) membangun pemukiman di suatu tempat, yang mungkin tidak terlalu jauh letaknya dari balai suku Dayak Bukit, namun masing-masing merupakan kelompok yang berdiri sendiri.Untuk kepentingan keamanan, dan atau karena memang ada ikatan kekerabatan, cikal bakal suku Banjarmembentuk komplek pemukiman tersendiri.Komplek pemukiman cikal bakal suku Banjar (Pahuluan) yang pertama ini merupakan komplek pemukiman bubuhan , yang pada mulanya terdiri dari seorang tokoh yang berwibawa sebagai kepalanya, dan warga kerabatnya,dan mungkin ditambah dengan keluarga-keluarga lain yang bergabung dengannya.Model yang sama atau hampir sama juga terdapat pada masyarakat balai di kalangan masyarakat Dayak Bukit , yangpada asasnya masih berlaku sampai sekarang. Daerah lembah sungai-sungai yang berhulu di Pegunungan Meratus ininampaknya wilayah pemukiman pertama masyarakat Banjar, dan di daerah inilah konsentrasi penduduk yang banyak sejak zaman kuno, dan daerah inilah yang dinamakan Pahuluan.  Apa yang dikemukakan di atas menggambarkan terbentuknya masyarakat (Banjar) Pahuluan, yang tentu saja dengan kemungkinan adanya unsur Dayak Bukit ikut  membentuknya.

Banjar Batang Banyu.
Masyarakat (Banjar) Batang Banyu terbetuk diduga erat sekali berkaitan dengan terbentuknya pusat kekuasaan yangmeliputi seluruh wilayah Banjar, yang barangkali terbentuk mula pertama di hulu sungai Negara atau cabangnya yaitu sungai Tabalong. Selaku warga yang berdiam di ibukota tentu merupakan kebanggaan tersendiri, sehinggamenjadi kelompok penduduk yang terpisah.Daerah tepi sungai Tabalong adalah merupakan tempat tinggal tradisional dari suku Dayak Maanyan dan Lawangan , sehingga diduga banyak yang ikut serta membentuk subsukuBatang Banyu,  di samping tentu sajaorang-orang asal Pahuluan yang pindah ke sana dan para  pendatang yang datang dari luar. Bila diPahuluan umumnya orang hidup dari bertani (subsistens), maka banyak di antara pendudukBatang Banyu  yang bermata pencarian sebagai pedagang dan pengrajin.
Banjar Kuala.
Ketika pusat kerajaan dipindahkan ke Banjarmasin (terbentuknya Kesultanan Banjarmasin),  sebagian warga Batang Banyu(dibawa) pindah ke pusat kekuasaan yang baru ini dan, bersama-sama dengan penduduk sekitar keraton yang sudah ada sebelumnya, membentuk subsuku Banjar. Di kawasan ini mereka berjumpa dengan sukuDayak Ngaju, yang seperti halnya dengan dengan  masyarakatDayak Bukit dan masyarakat Dayak Maanyan atau Lawangan, banyak di antara mereka yang akhirnya meleburke dalam masyarakat Banjar, setelah mereka memeluk agama Islam. Mereka yang bertempat tinggal di sekitar ibukota kesultanan inilah sebenarnya yang dinamakan atau menamakandirinya orang Banjar, sedangkan masyarakat  Pahuluan dan masyarakat Batang Banyubiasa menyebut dirinya sebagai orang (asal dari) kota-kota kuno yang terkemuka dahulu. Tetapi bila berada di luar Tanah Banjar, mereka itu tanpa kecuali mengaku sebagai orang Banjar.
Lokasi
Kalimantan » Kalimantan Selatan » Kota Banjarmasin, Kab. Barito Kuala