Tentu Anda familiar dengan Suku Betawi. Mereka mendiami wilayah Jakarta, konon, sudah sejak lama. Berdasarkan catatan sejarah, Suku Betawi sebenarnya merupakan suku baru yang lahir dari percampuran multi-etnis yang mendiami Jakarta, antara lain, Bugis, Sunda, Jawa, Bali, Arab, Makassar, Melayu, Tionghoa bahkan Ambon. Sebagaimana klaim sejarah lainnya, pendapat ini juga disangkal banyak sejarawan. Mereka berpendapat bahwa Suku Betawi merupakan penduduk asli sejak jaman Neoliticum yakni tahun 3500 sampai 3000 masehi. Apapun itu, Suku Betawi merupakan suku yang paling banyak diperbincangkan. Selain karena mereka hidup dan menetap di Ibu Kota, tak bisa disangkal, pesona budayanya juga menarik banyak mata. Salah satu yang terbaik dicermati adalah rumah adat Betawi.
Rumah Kebaya
Apa yang terlintas dari benak Anda jika mendengar kata “Kebaya”? Boleh jadi yang pertama terpikirkan adalah pakaian nasional Indonesia. Hal tersebut tidak keliru. Hanya saja, jika Anda berpikir istilah “Kebaya” hanya untuk pakaian, Anda salah. Sebab rumah adat Betawi juga bernama Kebaya. Selain Kebaya, Betawi juga sesungguhnya memiliki rumah adat lain yang dikenal dengan nama rumah Gudang.
Seperti apa rumah Kebaya? Dalam situs www.Jakarta.go.id, dijelaskan bahwa bentuk yang menonjol dari rumah yang satu ini adalah atapnya yang serupa perisai landai. Atap ini diteruskan bersama dengan atau pun pelana yang juga lebih landai, utamanya di bagian teras rumah. Rumah Kebaya ini ada yang rapat menapak tanah namun ada juga yang memiliki tiang, seperti rumah tokoh Betawi: Si Pitung.
Rumah Kebaya ini juga banyak disebut dengan nama Rumah Bapang. Ciri utama lain dari rumah adat Betawi ini adalah teras rumah yang terbilang luas. Teras tersebut merupakan tempat kursi untuk tetamu serta bale-bale diletakkan. Jika Anda sering menyaksikan drama Si Doel Anak Sekolahan, tentu teras tersebut akan sangat mudah dibayangkan.
Apa lagi yang khas dari rumah Kebaya? Jawabannya adalah pagar yang mengelilingi teras depan rumah. Pagar ini membuat rumah semi terbuka. Umumnya tingginya mencapai 80 cm. Melangkah lebih dalam ke badan rumah, kita akan memnjumpai ruang keluarga, kamar tidur, kamar mandi, dapur serta teras extra di belakang rumah. Umumnya rumah adat Betawi dilengkapi dengan pekarangan yang luas. Dahulu, pekarangan tersebut juga dijadikan tempat untuk memakamkan anggota keluarga.
Lantas bagaimana dengan rumah Gudang? Kurang lebih sama dengan Kebaya, hanya berbeda dari atapnya saja, semacam ada variasi dengan hadirnya atap kecil di depan rumah. Adapun bagian-bagian lainnya, kurang lebih sama dengan rumah Kebaya. Namun secara umum, rumah adat Betawi secara resmi yang disebut adalah rumah Kebaya.
Bagian-bagian Rumah Kebaya
Jika ditelaah, bagian-bagian rumah adat Betawi juga mencerminkan sistem hirearki. Ruang-ruang yang ada di bagian depan rumah merupakan area semi publik, sedangkan ruangan yang letaknya di bagian dalam rumah merupakan area privat. Adapun bagian-bagian tersebut antara lain:
- Teras depan tempat kursi untuk tetamu serta bale-bale untuk bersantai dikenal juga dengan nama Amben. Ruang ini banyak digunakan oleh anggota keluarga.
- Lantai pada teras depan ini diberi nama Gejogan. Ia wajib dibersihkan sebagai wujud penghormatan pada tamu. Gejogan atau lantai teras ini dianggap sakral oleh masyarakat Betawi sebab berhubungan langsung dengan tangga bernama balaksuji, pengubung rumah dengan area luar.
- Ruangan selanjutnya adalah kamar tamu yang juga dikenal dengan nama Paseban.
- Bagian selanjutnya dari rumah adat Betawi ini adalah Pangkeng. Ia merupakan ruang keluarga yang dipisahkan oleh dinding-dinding kamar.
- Selanjutnya adalah ruang-ruang lain yang difungsikan sebagai ruang tidur.
- Terakhir adalah dapur yang letaknya paling belakang. Dapur bagi orang Betawi dikenal dengan nama Srondoyan.