Parang Salawaku
Parang dipegang di tangan kanan, melambangkan keberanian.
Sedangkan salawaku di tangan kiri melambangkan perjuangan untuk mendapat
keadilan. Bagi rakyat Maluku, parang dan salawaku adalah simbol kemerdekaan
rakyat.
Dulu, parang dan salawaku digunakan untuk berperang. Tahu, kan,
Kapitan Pattimura? Ketika berperang melawan penjajah Belanda, dia dan para
prajuritnya menggunakan sepasang senjata ini. Konon, salawaku yang dipakai oleh
para prajurit Kapitan Pattimura sudah diberi mantra khusus sehingga tidak akan
tembus oleh peluru musuh. Maka, mereka pun dengan gagah berani menentang
sang penjajah.
Parang dibuat dari besi sepanjang sekitar satu meter yang
ditempa. Pegangannya dibuat dari kayu besi atau kayu gapusa. Sedangkan salawaku
terbuat dari kayu keras yang dilapisi warna hitam kemudian dihiasi kerang laut.
Ada motif-motif tertentu yang melambangkan keberanian dalam hiasan ini.
Salawaku berbentuk ramping. Bagian atas dan bawah lebih lebar
daripada bagian tengahnya. Sisi depan agak melengkung, dilengkapi dengan
pegangan di bagian belakangnya. Warna hitam untuk melapisi salawaku terbuat
dari getah akar berbagai jenis tanaman.
Kini, parang salawaku menjadi salah satu kerajinan khas Maluku.
Selain menjadi pajangan, parang salawaku menjadi pelengkap untuk pakaian para
penari, termasuk Tari Cakalele. Parang salawaku juga digunakan untuk upacara
perkawinan.
Masyarakat Pulau Kakara di Kepulauan Maluku banyak yang menjadi
pengrajin parang salawaku. Parang salawaku yang mereka buat cukup terkenal
keindahannya di Maluku.