Jenis-jenis Badik Lampung
Menurut ukurannya, Badik Lampung bisa digolongkan ke dalam dua, yakni badik kecil dan Siwokh. Badik kecil umumnya memiliki bilahyang berukuran tidak lebih dari 11 cm, dengan lebar sekitar 2 cm. Sedangkan Siwokh, panjang mata pisaunya lebih dari 19 cm, dan lebarnya lebih dari 2 cm. Berdasarkan karakteristik bilahnya, yakni berlubang atau tidak berlubang, badik badik kecil maupun Siwokh memiliki istilah tersendiri, yakni Badik/Siwokh Bebai (perempuan) untuk yang berlubang, dan Badik/Siwokh Ragah (laki-laki) untuk yang tidak berlubang.
Bagi para peminatnya, badik tua/lama diyakini memiliki kualitas yang lebih baik. Salah satu indikator untuk mengujinya, yakni dengan cara menyentil ujung badik, di mana badik tua akan terdengar lebih nyaring dibandingkan dengan badik produksi masa kini. Badik tua juga diyakini mengandung warangan (bisa), yang membuat luka akibat goresannya akan sulit disembuhkan. Tidak hanya pada manusia, konon pohon pun jika terkena goresan badik tua yang mengandung warangan akan mengering dan mati.
Pamor Badik Lampung
Seperti halnya keris, Badik juga umumnya dihiasi dengan pamor atau motif bercak pada bilah akibat percampuran logam dan teknik pembakaran serta penumbukan. Seorang pandai badik dituntut untuk menguasai teknik-teknik pembuatan hiasan pamor tersebut, karena pamor merupakan salah satu unsur penting dalam badik, yang memuat, baik nilai artistik maupun spiritual. Beberapa pola pamor dalam Badik Lampung yang sering disebut “bayang” adalah bayang capit, bayang sai, bayang pekhancang, pebayang khancang, khancang, laman tundun, khancang batu, khancang seribu, dan singa dawan.
Menurut ukurannya, Badik Lampung bisa digolongkan ke dalam dua, yakni badik kecil dan Siwokh. Badik kecil umumnya memiliki bilahyang berukuran tidak lebih dari 11 cm, dengan lebar sekitar 2 cm. Sedangkan Siwokh, panjang mata pisaunya lebih dari 19 cm, dan lebarnya lebih dari 2 cm. Berdasarkan karakteristik bilahnya, yakni berlubang atau tidak berlubang, badik badik kecil maupun Siwokh memiliki istilah tersendiri, yakni Badik/Siwokh Bebai (perempuan) untuk yang berlubang, dan Badik/Siwokh Ragah (laki-laki) untuk yang tidak berlubang.
Bagi para peminatnya, badik tua/lama diyakini memiliki kualitas yang lebih baik. Salah satu indikator untuk mengujinya, yakni dengan cara menyentil ujung badik, di mana badik tua akan terdengar lebih nyaring dibandingkan dengan badik produksi masa kini. Badik tua juga diyakini mengandung warangan (bisa), yang membuat luka akibat goresannya akan sulit disembuhkan. Tidak hanya pada manusia, konon pohon pun jika terkena goresan badik tua yang mengandung warangan akan mengering dan mati.
Pamor Badik Lampung
Seperti halnya keris, Badik juga umumnya dihiasi dengan pamor atau motif bercak pada bilah akibat percampuran logam dan teknik pembakaran serta penumbukan. Seorang pandai badik dituntut untuk menguasai teknik-teknik pembuatan hiasan pamor tersebut, karena pamor merupakan salah satu unsur penting dalam badik, yang memuat, baik nilai artistik maupun spiritual. Beberapa pola pamor dalam Badik Lampung yang sering disebut “bayang” adalah bayang capit, bayang sai, bayang pekhancang, pebayang khancang, khancang, laman tundun, khancang batu, khancang seribu, dan singa dawan.